Home » » Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik

Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik

Written By Unknown on Jumat, 01 Agustus 2014 | 7:38:00 AM

Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik01

Ceritanya mengharukan sekaligus mengagumkan.
 

Mugiyono yang berprofesi sebagai tukang becak di Kelurahan Langenharjo, Kendal, mungkin jadi orang paling bahagia karena anaknya, Raeni lulus dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96 (Summa Cum Laude*). Bahkan Raeni tak malu datang ke acara wisuda diantar bapaknya naik becak.

Raeni, wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) berkali-kali membuktikan prestasinya beberapakali memperoleh indeks prestasi 4, sempurna. Penerima beasiswa Bidikmisi* ini memiliki cita-cita meneruskan kuliah ke Inggris.

"Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita jadi guru tersebut seperti dikutip dari situs resmi Universitas Negeri Semarang,http://unnes.ac.id, Rabu (11/6/2014).

Raeni menunjukkan tekad baja agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya. Mugiyono, ayah Raeni mengaku hanya bisa mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai dengan cita-citanya.

"Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon," kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.

Sebagai tukang becak, diakui Mugiyono, penghasilannya tak menentu, sekitar Rp 10 ribu - Rp 50 ribu. Karena itu, dia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.

Sementara itu, Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman MHum mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

"Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni," kata Fathur Rokhman.

Dia yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa. "Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini," katanya.

Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima Bidikmisi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.

Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik02

Mahasiswi yang lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96 ini dikenal mempunyai pribadi alim. Setiap kali mendengar kumandang adzan, gadis 21 tahun itu langsung menuju masjid.

Hal ini diungkapkan ibu kos Raeni, Qayimah, 42 tahun. Kosan Raeni di Jalan Kalimasada Nomor 24, Semarang itu menjadi saksi bisu perjuangan Raeni menuju kesuksesan menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

"Ibadahnya rajin. Setiap ada azan, dia pasti langsung jalan ke masjid. Rajin mengaji. Sejak awal ke kosan ini, Raeni memang punya bekal agama yang kuat, " ujar Qoyimah saat berbincang dengan VIVAnews.

Di balik pribadi alim, Raeni juga gadis yang mudah bergaul dengan sekitar. Dia dikenal baik oleh teman-temannya. Baik teman satu kos, maupun teman sebaya di sekitarnya. 

"Bahkan tiap kali mau ikut lomba, dia selalu minta doa restu dari saya. Dia sudah seperti anak saya sendiri di kos-kosan ini," kata Qoyimah.

Walau hanya sebagai ibu kos, Qoyimah mengaku sangat bangga dengan prestasi Raeni. Meskipun bukan hanya Raeni anak kosannya yang berprestasi dalam bidang akademik.

Kata Qoyimah, sebelum Raeni, ada seorang mahasiswi yang tinggal di kosannya juga mendapatkan prestasi luar biasa. "Sebelumnya sudah ada satu anak yang sekarang S2 di Inggris. Dia adalah anak seorang TKW di Arab," tuturnya.

Tinah, pemilik warung makan di sekitar kos Raeni juga punya cerita. Wanita 50 tahun itu mengaku heran dengan kecerdasan Raeni. 

"Kalau makan di sini tak pernah makan ikan atau daging. Makannya selalu tahu dan tempe. Tapi saya heran, kok bisa secerdas itu," ujarnya.
"Kalau makan di sini tak pernah makan ikan atau daging. Makannya selalu tahu dan tempe. Tapi saya heran, kok bisa secerdas itu."

Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Wanita berparas ayu itu kerap memperoleh beasiswa Bidikmisi dengan indeks prestasi 4. Sempurna.

Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus dan ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,96. Tekadnya bagai baja. Raeni berusaha meraih masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarga.

"Saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Inginnya ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang cita-citanya menjadi guru.

Selasa 10 Juni 2014, ribuan pasang mata serentak mengarah pada Raeni. Dia tiba ke lokasi wisuda dengan kendaraan yang tidak biasa. Bukan mobil mewah atau kendaraan bermotor lainnya.

Raeni diantar oleh ayahnya, menggunakan becak. Ayah Raeni memang bekerja sebagai tukang becak yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.



Foto-foto ketika Ayahnya mengantarkan Putri Bungsunya untuk wisuda dengan becaknya yang menjadi teman seperjuangannya selama ini..


Ribuan pasang mata serentak mengarah pada Raeni, Selasa 10 Juni 2014. Wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes ini tiba ke lokasi wisuda dengan kendaraan yang tidak biasa. Bukan mobil mewah atau kendaraan bermotor lainnya. Dia diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan becak. Foto: Humas Unnes/Dwi Sulistiawan. 

Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik04Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik05Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik06
Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik07
Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik08Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik09

Jujur saja saya trenyuh melihat foto diatas. Jangan pernah sekalipun malu dengan keadaan orangtua atau pekerjaan orang tua kita. Sekalipun.

Karena mereka rela memperjuangkan segalanya demi kebahagiaan dan masa depan buah hatinya.

Buatlah mereka bangga. Tukarlah seluruh peluh keringat dan air mata yang mereka perjuangankan di tengah lelah.. -dengan prestasi kita.

Buat mereka tersenyum dan berkata, "Lihat dunia, Dia anakku yang membanggakan."

Salute..
Semoga tercapai cita-citanya untuk menjadi guru Indonesia.
Respect. :")

Semua foto dan berita © VIVA.co.id. Thanks to Kaskus The Largest Indonesian Community.


*)Summa Cum Laude, Magna Cum Laude, dan Cum Laude adalah penghargaan yang diadopsi dari bahasa Latin yang didasarkan sistem di US, dan dapat diterjemahkan menjadi Penghargaan Tertinggi, dengan Penghargaaan yang Tinggi, dan Penghargaan. Summa Cum Laude berarti mahasiswa itu lulus dengan IPK yang sangat baik (“dengan kehormatan/pujian tertinggi”, yaitu 3.80 dan 3.80 keatas.
Ini istilahnya:
-Summa Cum Laude: 3.80 dan 3.80 keatas (“dengan kehormatan” atau “dengan pujian”)
-Magna Cum Laude: 3.60 – 3.79 ( “dengan pujian/kehormatan besar”)
-Cum Laude: 3.40 – 3.59 (“dengan kehormatan” atau “dengan pujian”)
-High Merit: 3.20 – 3.39
-Merit: 3.00 – 3.19

*)Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan, berbeda dari beasiswa yang berfokus pada memberikan penghargaan terhadap yang berprestasi, bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan yang mana memberikan fasilitas pada yang tidak mampu untuk dapat memutus mata rantai kemiskinan. Walaupun demikian, syarat prestasi pada bidikmisi ditujukan untuk menjamin bahwa penerima bidikmisi terseleksi dari yang benar-benar mempunyai kemauan untuk menyelesaikan pendidikan tinggi. (http://daftar.bidikmisi.dikti.go.id/)

chillinaris.blogspot.com

 

Anak Tukang Beca Menjadi Wisudawan Terbaik
Copyright  © Bursa Info >

Template Johny Wusss dari Mas Template
Design / Modifikasi Oleh Bursa Info